Endah N Rhesa, Rockstar si Pengendara Keledai

Rockstar. Sebuah kata dengan makna mendalam. Mungkin rockstar sudah terlalu identik dengan penggambaran seorang/sekelompok orang yang menggebuk kencang drum atau berteriak lantang dengan mikrofon. Rockstar seperti itu banyak, bahkan di negeri kita sendiri band yang menyanyikan lagu cinta cengeng tanpa perjuangan namun berpenampilan garang sebut saja band-band macam Five Minutes, Armada, dan TRIAD. Sungguh, lagu-lagunya mencerminkan pengguna narkoba yang putus asa dengan hidupnya dan ingin mengakhiri hidup dengan cara menutup hidungnya sendiri dengan tangan.
Jadi apakah itu disebut rockstar?

Cukupkan sekian dengan definisi rockstar yang dilihat dari segi penampilan. Sebenarnya postingan ini bukan ingin menjabarkan sedikitpun tentang musik, namun sekedar berbagi definisi lainya dari rockstar yang saya temukan dari dua orang musisi. Saya tak mengerti banyak tentang musik. Bahkan terap saja fals. Namun seperti yang bisa saya simpulkan dari Rene dalam bukunya "Your Job is Not Your Career", rockstar adalah mereka yang menginspirasi orang lain dengan passion mereka yang menggebu dalam melakukan sesuatu yang mereka senangi. Passion bukan sesuatu yang Anda hebat dalam melakukanya, namun membuat Anda senang dalam melakukanya. Iyah, buku 'Your Job is Not Your Career" sangat menginspirasi dan membacanya membuat saya bergairah. Saya membacanya tanpa mengenakan celana pula.

Tak malu saya katakan bahwa rockstar saya adalah duo musisi sekaligus suami istri, Endah N Rhesa. Pertama kali melihat mereka adalah ketika mereka tampil sangat enerjik dan mencengangkan dalam konser yang diselenggarakan kampus saya. Hanya berbekal gitar, bass, suara melengking, dan keromantisan diatas panggung, seluruh penonton terpukau bahkan sampai melupakan bahwa masih ada satu bintang tamu tenar lagi yang akan tampil setelah mereka. Ah, fuck it dengan bintang tamu lain pikirku setelah melihat penampilan luar biasa mereka. Sesekali Endah, vokalisnya akan memancing Rhesa untuk menantang duel gitar-bass, sesekali juga mereka berbagi satu gitar untuk dimainkan berdua sambil berpelukan. Penonton histeris. Yang membawa pasanganya mendadak gombal "Yang, kita main gitar kayak mereka yuk", yang membawa teman sesama jenisnya mendadak canggung, yang nonton sendirian meluk pacar khayalan, dan yang nonton tanpa celana pulang diusir satpam kampus.

Berhari-hari setelah konser itu saya mulai mencari album mereka di internet, dan dengan seizin Tuhan saya justru dipertemukan dengan halaman Redtube dan web official Endah N Rhesa. Oke, halaman Redtube itu hanya distraksi. Iseng saya memencet pilihan 'blog'. Mata saya terbuka setelah membaca blog mereka. Begitupun celana saya terbuka setelah membaca blog Aceng Fikri. Dalam blog milik Endah N Rhesa menunjukkan bagaimana kesederhanaan, keikhlasan, kesabaran, dan kemaksimalan mereka dalam berkarya. Tersadar oleh tulisan Mbak Endah mengenai pembajakan CD hasil karya mereka sambil membayangkan bagaimana rasanya gambar-gambar saya disebarkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab dan bahkan diaku. Belum lagi kalau gambarnya ditambahkan yang tidak-tidak seperti menggambarkan puting pada tokoh Agriman buatan saya. Bagaimana kita sudah sangat terbiasa menganggap bahwa mengunduh lagu dari situs musik unofficial adalah hal yang lumrah. Bagaimana terbiasanya kita untuk membeli CD mp3 bajakan di mamang-mamang CD bajakan di dekat kerumunan pasar. Lalu ada juga tulisan dari Mbak Endah untuk suaminya, Mas Rhesa yang ia cintai secara sederhana tapi sangat mendalam. Menyentuh. Saya hanya bisa memeluk guling lalu melamarnya. Itu pun ditolak.

Kagum, terinspiasi, dan malu sekaligus tersadar saya dibuat oleh mereka.

"Gua harus ketemu mereka lagi" pikir saya berulang-ulang, berulang ulang.

Terinspirasi lagu-lagu dan aksi panggung enerjik bak tukang siomay melayani pesanan undangan pernikahan oleh dua musisi hebat Tanah Air, Endah & Rhesa, saya tergerak untuk mencari konser mereka dalam waktu yang dekat-dekat ini. Dan terjawablah oleh spanduk besar bertuliskan konser Endah N Rhesa dengan Payung Teduh di Planet Hollywood. Dengan mengajak seorang sahabat yang merelakan untuk menonton Endah N Rhesa ketimbang musisi ibukota lainya yang tengah manggung di Bogor, kami meluruskan niat : menonton konser Endah N Rhesa. Tapi tak hanya ingin menonton konser, justru ada pikiran lain yang mengganggu pikiran saya. Sejujurnya saya ingin berterima kasih kepada mereka. Mereka yang telah berkarya dan di dengarkan oleh ribuan pasang telinga. Mereka yang menginspirasi saya setiap kali saya bergadang untuk menggambar sekedar untuk mencari tambahan uang untuk makan daging diakhir bulan atau hanya untuk membuang waktu daripada mengerjakan tugas yang berhubungan dengan menghitung. Nyaman memang nada-nada yang mereka mainkan dan lirik-liriknya pun mendalam tak seperti lirik dari penyanyi sekaligus pembawa acara banci yang diulang berkali-kali dari awal hingga akhir lagu. Iyah, hancur hatiku mendengarkan nyanyianmu, cong.

Dan inilah 'terima kasih' yang saya bisa saya buatkan untuk mereka. Sebuah gambar tak begitu bagus tapi setidaknya bisa mewakili kata terima kasih.


Hari bergulirnya konser pun tiba. Seperti biasa mereka kembali tampil enerjik pada konsernya di Planet Hollywood. Padahal Mbak Endah mengaku sedang flu dari hasil inspeksi saya di Twitter. Mungkin itu hanya upaya 'diving'. Suaramu tetap mengkelepek-kelepekan jiwa bar-barian ini kok, Mbak. Geber-geber! Mereka membawakan lagu-lagu tak hanya dari album pertama dan kedua, tapi juga dari OST Cita-Citaku Setinggi Tanah dan bahkan beberapa lagu dari album ketiga yang belum meluncur di pasaran. Ay Caramba! Saya mendengarkan lagu mereka yang belum resmi mereka keluarkan, saya tersanjung hingga celana saya basah (?).

Selesai tampil selama dua jam lebih konser mereka pun disudahi. Cepat-cepat panitia mengantarkan mereka ke ruangan bintang tamu, cepat-cepat juga para fans yang ingin berfoto mencoba mengekor. Terancam tak dapat memberi gambar buatan saya untuk mereka karena kalah cepat, saya memulai langkah gesit untuk mendahului para hippies. Berbekal kartu pers kampus, saya mencoba mengaku sebagai wartawan yang ingin mewawancarai mereka di ruangan bintang tamu. dan yang benar saja, mereka tertipu! Makan aspal kalian hippies, saya punya akses kartu pers!

Lelanjutanya lebih baik dilihat saja dari dua foto dibawah ini. Saya merasakan sendiri bagaimana kesederhanaan dan keramahan mereka.



Tak lupa saya katakan sambil bersalaman dengan Mas Rhesa, 
"Terima kasih, kalian sangat menginspirasi."


Agriman : Masalah Kejiwaan




Challenge Part 1 : Kornel In Action











Agriman, Reportase Investigasi : Tahu


Kami Menyebutnya Kornel

Sudah nyaris satu jam kami berkeliaran di komplek perumahan Budi Anduk, maksud saya Budi Agung. Irfan sibuk mencoba menghubunginya melalui pesawat telefon, sedangkan saya menyetir kesana kemari tanpa adanya alamat jelas. Indikator bensin sudah mendekati huruf 'E' padahal ketika memasuki komplek tersebut indikator menunjukkan masih ada setengah. Berbagai sumpah serapah kami lontarkan di dalam mobil, mulai dari "anjir", "kunyuk", "selangkangan domba", hingga "saus tartar!". Kami sempat beranggapan bahwa ia tengah berada di atap rumahnya sedang mengamati kami yang justru tengah mencarinya dan dengan mukanya yang bengis ia terbahak-bahak melihat kami, sambil berteriak "pecundang!". Tak lupa ia membuka bajunya dan selebrasi barbarian layaknya suku primitif Uganda. Yah, itu yang kami bayangkan akan sosoknya sekarang ini.

Putus asa, kami meminggirkan mobil sejenak. Irfan masih berusaha menghubungi siapapun yang sekiranya mengetahui alamat rumahnya. Saya memainkan resleting celana, naik-turun-naik dan dibiarkan turun beberapa waktu lamanya siapa tahu akan datang petunjuk arah. Kami seketika teringat bahwa ia memiliki orangtua dan orang tuanya pun memiliki nama. Kami terlalu terbiasa menganggap ia lahir dari batu ginjal. Sialnya, kami lupa nama orang tuanya. Nama orangtua pada umumnya diketahui oleh temen SD-SMP, bagaimana tidak, dimasa-masa sembilan tahun melewati SD hingga SMP pasti dilewati hari-hari dimana Anda mengejek teman Anda dengan nama orangtuanya, atau Anda yang diejek. Se-simple itu namun kadang lebih membekas, hingga kini pun saya tak tahu siapa nama asli dari temen saya yang saya panggil Supriyanto atau Yansen karena ternyata nama itu adalah nama ayahnya. Atau marga teman saya yang bernama Subabiyot, dan sumpah saya tak berbohong! Marga itu ada!

Ide brilian Irfan keluar. "Bagaimana kalau kita sebutin aja ciri-ciri anaknya ke satpam!"

Hening, kita terhening. Saya main resleting lagi.

Brilian, pikir saya. "Bagaimana kalau kita sebutin saja ciri-ciri anaknya ke satpam!" sahut saya dengan merasa benar dan ditanggapi histeris oleh Irfan. Teringat suatu lelucon bodoh yang sempat saya lontarkan sebelum kami memasuki komplek perumahan ini nampaknya akan membuahkan hasil.

"Lu lihat aja dari muka temen kita ini, lu sebutin ciri-cirinya saja pasti warga satu komplek Budi Agung tahu! Tanya cicak sekalipun, kita bakal dituntun sampai kedepan pager rumahnya!" canda saya setelah kami memasuki komplek Budi Agung kurang lebih satu jam yang lalu.

Lalu benar saja, Irfan memberanikan diri bertanya kepada satpam yang berada tak jauh dari posisi kami.
"Pak, kita lagi nyari rumah temen kita tapi kita gak tahu alamatnya, tapi kita punya ciri-ciri anaknya: Rambutnya keriting, kulitnya hitam, pake kacamata besar dan tebal, bibirnya tebal,..."
"Oh, anaknya Pak Dasmansyah!" potong si satpam diiringi sedikit tertawa mendengarkan ciri-ciri seseorang yang menurutnya mustahil bertahan hidup dan hanya akan ada kembali ketika sangkakala ditiupkan.
"Iya! Iya, pak! Itu hewan melatanya! Itu teman kami!" sahut Irfan dalam hatinya yang terdalam.

Kami sampai ke rumahnya dengan muka kecut dan celurit di tangan kanan. Mendengar kegaduhan suara mesin mobil ia membuka pintu dengan tampang tiada berdosa seakan kami sampai tepat waktu. Ia tersenyum, iyah, tersenyum! Satpam yang memberi kami petunjuk jalan lalu lewat untuk memastikan benar rumah ini yang kami cari-cari.

"Pak terima kasih pak! Bener nih rumahnya kok. Ini nih yang kita cari-cari, namanya Cornell!" kata saya sembari menunjuk teman saya.

Iyah, namanya Cornell.

      ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagaikan mitos rakyat yang menjadi nyata.

Ia pernah mengeluarkan senapan listrik yang biasa digunakan polisi disaat kita hendak menggeseknya ke tiang, ia pernah mendapatkan pesan 'Selamat Hari Natal' dari lembaga keagamaan kristen walaupun ia islam, ia pernah berurusan dengan ras Tianghoa karena menghina pemilik kios handphone, ia pernah mendekati seorang gadis namun diberi uang receh lima ratus perak karena dikira mengemis, ia pernah mencoba mendekati seorang teman perempuanya namun meninggalkanya setelah mengetahui teman perempuanya berasal dari Lampung, ia pernah bersaksi bahwa ada mal di Bojong Gede yang bernama Indomaret, ia pernah datang kuliah olahraga mengenakan baju bertuliskan 'Jerussalem, Israel' yang membuat semua orang semakin yakin ia seorang yahudi, ia juga pernah mengenakan baju bertuliskan 'Badjingan' dibalik baju muslimnya yang berbahan tipis dengan warna putih. Oh iyah sungguh bajingan.

Iyah, terdengar cukup rasis namun itulah dia, 'Bapak Rasis' kita. Bukan rasis dalam arti penghinaan, namun dalam arti 'Rasis Untuk Tertawa'. Terdengar semakin aneh memang tapi hal berbau rasis memang selalu ditanggapi dingin dan terlalu serius oleh orang kebanyakan. Perbedaan memang ada, apalagi negara ini yang terdiri dari banyak suku dan banyak Jawa. Iyah, saya ulangi, banyak Jawa. Terlalu kaku untuk memandang perbedaan itu sebagai pembatas kita bersenang-senang. Maka Cornell menjadikan pembatas itu untuk bersenang-senang! Ia lihai dalam merubah keterbatasan yang kaku menjadi suatu candaan yang berbobot namun tak menyakiti. Walaupun tak selamanya berjalan lancar dengan orang yang masih kaku akan sukunya.

Rasnya sendiri?
Hanya Tuhan yang tahu.

Geram. Kadang kata ini layak disandingkan denganya. Kadang kami, teman-temanya, geram akan tingkah lakunya. Bahkan tanpa alasan jelas kami geram lihat wajahnya. Mungkin bila ia bertanya "Apa salah gua?" dengan mantap saya akan menjawab "Muka lu salah!". Bersama teman-teman, kami pernah mencoba memukulinya. Entah kesurupan setan apa namun kami hanya ingin memukulinya walau tanpa alasan sekalipun. Kami mulai dengan menyergapnya dari belakang bak polisi profesional. Berikut foto-foto penyergapan Cornell.

Langkah-langkah menangkap Phychantropus Erektus : 1.) Pegang dagunya dari belakang, biarkan ia memberontak hingga lelah
2.) Tarik jenggotnya dengan kencang, biarkan ia kesakitan
3.) Pukul dengan kencang dari dua arah sekaligus, bila ia berteriak itu pertanda ia telah baligh dan siap menghadapi musim kawin


4.) Nikmati pukulan berikutnya dan ajak ia tertawa dalam penderitaanya.
Cornell memiliki hobi diwaktu senggangnya suka memperhatikan wanita dari kejauhan. Menggoda siswi SMA ataupun SMP rasanya sudah lumrah baginya. Biasanya kami akan melewati beberapa perempuan di kampus sambil meneriakan nilai kecantikanya, dengan rasio nila dari 0-10 namun tak jarang kami melakukan penilaian kecantikan hingga mencapai angka -10 untuk orang-orang pilihan. Bukan keinginan hati ingin memberi nilai dibawah standar, namun motto "Cantik itu relatif, jelek itu mutlak!" untuk situasi tertentu kami aplikasikan dengan sangat bijak.
Berikut momen-momen langka kejelian matanya yang tertangkap kamera.



Sebagai seorang temanya yang baik, saya bersimpati atas ketidak inginan perempuan mendekatinya. Maka saya pernah mencoba menjodohkanya dengan kakak saya sendiri. Iyah, kakak saya sendiri. Dalam beberapa kesempatan saya memaksanya mengambil kesempatan seperti mengirimkan pesan "Selamat Hari Lebaran" ke kakak saya dan dimanfaatkanya dengan sempurna. Ia mengirimkan pesanya hingga dua kali, pesan pertama tanpa mencantumkan namanya dan pesan kedua lengkap dengan nama lengkapnya. Ketika ulang tahun kakak saya pun ia bersemangat memberi ucapan selamat hingga menanyakan kepada saya terlebih dahulu "Ucapinya ditelfon apa sms?". Tanggapan dari kakak saya sejauh ini kurang positif, namun sepertinya wanita memang seperti begitu. Cenderung menolak diawal lalu melunak kemudian. Semoga kakak saya kelak akan melunak. Oh, wanita, andai saya pun mengerti apakah wanita itu. Mungkin bila kakak saya melunak suatu hari nanti saya bisa meng-upload foto seperti dibawah ini bila hari raya tiba.


Cornall sendiri sebenarnya adalah pribadi yang unik dan takkan bisa ditebak. Iyah, hanya Tuhan yang dapat menebaknya. Dengan segala ciri khasnya ia menjelma menjadi ikon yang sebenarnya menjual. Bahkan mungkin bila suatu hari nanti saya memiliki brand atau distro saya akan menamainya Cornell. Mudah, semudah itu diingat dan dengan segala ciri khas yang unik. Bahkan dari sekarang saja saya sudah memulai aksi saya menyusupkan Cornell kedalam berbagai karya saya.



Yang bibirnya lagi memonyong di kanan atas gambar
Oke, setelah membaca posting-an sejauh ini, hanya terlihat bahwa saya sedang mempercundangi Cornell. Nyatanya tidak. Selain segala fakta yang sudah dibaca diatas, Cornell sebenarnya adalah pribadi yang berbeda dari teman kelas kuliah, fakultas, bahkan kampus. Disaat orang lain akan berkata "Gak ah, malu.", orang sinting ini akan berkata "Hayu deuh!". Tak ragu ia mencoba hal baru, seperti mengikuti audisi FEM Ambassador yang tak lain adalah ajang pemilihan putra-putri kecantikan fakultas ekonomi di kampus kami. Ia tak mendengar suara orang kanan-kirinya ia hanya mengikuti naluri kebinatanganya. Bahkan ia berani untuk berpindah jurusan dari statistika menjadi ekonomi syariah! Orang-orang mengatakan ia pindah agama, namun yang pasti ia melakukan sesuatu yang berani. Ia pun gigih berjualan pulsa walaupun 'mahasiswa penghutang' dan 'mahasiswa PHP akhir bulan' adalah musuh yang mau tak mau dihadapinya. Ia apatis dengan caranya sendiri namun mencoba aktif dewasa ini. Sekarang ia tengah mengenyam pendidikan ekonomi dan agama sekaligus di ilmu ekonomi syariah, sebuah program studi baru yang semoga kedepanya akan menjanjikan untuk perekonomian Indonesia bahkan dunia.

Sebelum berpisah, yuk kita bersenam bersama dengan gerakan dipimpin oleh Cornell!


Agriman, Selamatkan Kedelai Kita!

Krisis kembali mengancam negeri ini, kali ini bukan krisis kejantanan boyband yang masih di derita bangsa ini namun krisis pangan: Kedelai diambang kepunahan.

Ariel bebas dari penjara, petani kedelai berteriak histeris. Seperti sebuah konspirasi. Harga kedelai meroket tinggi yang diikuti oleh hilangnya tempe-tahu di pasaran. Awalnya saya berfikir bahwa ini hanyalah lelucon, pemerintah hanya ingin ambil bagian dari stand up comedy yang (entah) tengah marak di negeri ini. Nyatanya tempe dan tahu benar-benar hilang dari pasaran, bahkan di sweeping bila kedapatan ada penjual yang nekat menjualnya. Bak wanita tunasusila yang dirazia trantib saja. Padahal derajat tahu-tempe lebih tinggi dibandingkan wanita tunasusila karena tempe digambarkan sebagai moral bangsa ini. Saya tak keberatan, toh tempe memang makanan bergizi khas negeri ini dan yang mengatakan bahwa tempe hanyalah makanan kalangan menengah-kebawah-murulug hanyalah orang yang baru saja mencicipi pizza, itupun makannya menggunakan pisau dan garpu.

Rasanya tak guna mencari siapa yang salah atas naiknya harga kedelai, dicari tahu dalangnya pun tak dapat merubah nasib (muka) Andhika Kangen Band. Yang lebih penting adalah bagaimana menyikapinya, menyikapi kenaikan harga kedelai bukan menyikapi nasib (muka) Andhika Kangen Band.

Iyah, kecewa. Kecewa dengan kenaikan harganya dan kecewa dengan tanggapan kenaikanya. Kampus saya yang notabenenya adalah universitas pertanian tak bergeming akan fenomena ini. Kecewa dengan BEM yang tampak diam saja, padahal BEM adalah 'pemerintahan'nya mahasiswa kampus ini. Mungkin mereka masih sedang sibuk mencari uang untuk menutupi hutang penyelenggaraan konser musik.
Kecewa dengan tanggapan mahasiswa universitas pertanian yang tampak bahkan tak kaget akan kenaikanya. Mungkin lebih kaget melihat kantin SAPTA digusur.
Saya? Jelas saya kecewa, namun diam nampaknya bukan solusi.

Mari, saya ingin mengajak kita semua berhayal kembali. Berhayal akan sosok yang dapat menjadi pemberontakan atas tragedi kenaikan harga kedelai. Sosok yang keberanianya melebihi ketua BEM bahkan mahasiswa telat dua jam kuliah namun tetap masuk kelas.

Iya, sosok itu adalah Agriman






Ialah sosok pahlawan yang akan membasmi mafia kedelai, menelanjangkan bapak mentri pertanian dihadapan bapak-bapak petani kedelai, menggoda wanita tunasusila untuk beralih profesi menjadi penjual produk kedelai, bertarung dengan trantib dan ormas islam gadungan berinisial FPI yang hendak sweeping penjual produk kedelai yang tak bersalah, bahkan mengajarkan cara membuat tempe kepada pengemis jalanan agar menjadi individu produktif.

Boleh anda menyebut ia sebagai oposisi pemerintahan, kepolisian, dan seluruh organisasi negeri ini namun tugasnya hanya mengantarkan sesuap nasi kepada petani Indonesia.

Nampaknya kita memang membutuhkan pahlawan, bukan pengamat ataupun komentator.

Kedepanya saya akan lebih banyak menelurkan karya mengenai kenaikan harga kedelai dengan ataupun tanpa pahlawan kita, Agriman. Saya ingin bereaksi dengan karya. Bukan suara teriakan dipinggir gedung DPR yang tak sampai telinga pejabat di dalam DPR sana.

Tak henti saya katakan, mari berkarya!

Persetanlah Wahai Kau Istilah!

Pembicaraan ringan terjadi antara saya dan ibu saya di meja makan. Beliau berkomentar tentang acara televisi menjelang berbuka puasa sudah tidak ada unsur mendidik sedikit pun bahkan seperti pelecehan dimana penontonya mayoritas ibu-ibu berjilbab namun pembawa acara membawakan acaranya dengan frontal dan kurang bermoral. Pelecehan, iya itu kata yang digunakan ibu saya yang entah kenapa justru oleh saya terbayang tiang bendera yang kerap digunakan untuk menggesek selangkangan durjana teman-teman saya, mungkin itu definisi 'pelecehan' menurut saya. Iyah, menurut saya pun begitu maka saya mengiyakan sembari ngedumel tentang pembawa acara paruh lelaki paruh wanita datang bulan bernama Olga Syahputra yang bak dilahirkan dari batu ginjal diantara simpanse-simpanse betina karena tingkah lakunya yang seperti betina namun kurang pendidikan. Lanjut saya membicarakan boyband dan girlband yang menjamur sekarang ini. Tampak seperti perkumpulan lelaki penyuka sesama jenis yang tak paham cara bernyanyi hingga mereka bernyanyi bersama agar suara individunya yang buruk tak terdengar. Dak lain tak bukan adalah Korea Selatan, negara penghasil tren boyband berparas cantik dan girlband berkaki semampai yang kini digandrungi kawula muda Indonesia.

Ibu saya sontak berkata "Ya anak lagi puber biasalah, gak kayak kamu dulu, aneh!".

Lalu teringat kalau beliau memang berkata benar. Di zaman saya mengalami pubersitas dulu dan mulai mencari jati diri, salah satunya melalui perkembangan musik, saya tak terpengaruh oleh badai band "Kece-pada-masanya" seperti Radja, Samsons, bahkan Kangen Band. Yang justru saya idolakan adalah Nirvana yang bervokaliskan Kurt Cobain, seorang pecandu narkoba yang akhirnya bunuh diri pada tahun 1994. Iyah, pikirku, saya memang aneh.

Seorang ibu yang seharusnya menjadi tembok terakhir putranya yaitu satu-satunya orang yang berani berbohong mengatakan kepada putranya kalau ia ganteng walaupun di dunia luar sanah ia bertemankan seorang tiang saja karena tak henti-hentinya digesekan kepada tiang oleh teman-temanya. Tetapi ibuku berkata yang sebenar-benarnya : saya aneh. Itulah ibuku, jujur.

                                              ----------------------------------------------------

Lagi-lagi hanya sebuah postingan tentang perkembangan zaman, namun inilah faktanya.
Akan datang hari dimana tak ada lagi orang yang berani bertindak beda, melakukan sebuah tindakan rebel dengan maksud positif, karena takut dicela alay.
Akan datang hari dimana perhatian berlebih bahkan mendetail akan punah karena akan dibilang lebay.
Akan datang hari dimana tak ada lagi orang yang berani membuat sajak puisi dan matinya seni roman karena akan dikategorikan galau.

Setidaknya bila memang anda penakut akan istilah-istilah diatas akan dikategorikan kepada anda, maka setidaknya tetap hiduplah dengan jujur.

"Pria adalah yang kulitnya terbakar oleh matahari, membiarkan rambutnya tak disisir bahkan digundulkan, tak seperti yang dibutakan oleh boyband dan pembawa acara banci. Pria itu tangguh!"

Agriman, pahlawan pertanian


IPB selaku universitas pertanian di negeri ini butuh seorang pahlawan. Seorang pahlawan yang berani mengatakan "HENTIKAN IMPOR SAYUR DAN BUAH!", yang berani mengangkat cangkul dan katakan "PETANI HARUS DISEJAHTERAKAN!", ataupun berani melawan kerbau sawah yang lepas.

Saya belum menemukanya di kampus saya ini. Bahkan saya sebagai generasi mahasiswa dari universitas pertanian sekalipun tidak mempelajari pertanian lebih mendalam hanya karena saya mahasiswa fakultas ekonomi. Lalu apa bedanya saya dengan mahasiswa ekonomi universitas lain?

Selama saya belum menemukan sosok yang tepat itu, saya ingin mengajak semuanya berhayal. Berhayal akan sosok yang akan membela pertanian di Indonesia.

Maka, saya hadirkan Agriman!

Sebagai manusia dengan masa kecil yang sangat menyenangkan, saya masih berhayal akan superhero. Tidak seperti generasi sekarang yang diprediksi akan menjadi generasi yang bodoh; dibodohi televisi, dibuat mandul oleh teknologi, dan ditiduri politik. Walau terdengar bodoh berhayal akan pahlawan, apalagi yang dapat diharapkan dari kondisi negeri ini?

Tak banyak.

"Matikan televisimu, hinalah pembawa acara yang bodoh-bodoh itu, lupakan sejenak kesibukanmu, dan mari kita berkreasi kembali untuk negeri ini."

Bapak Mentri Kebanggan Kita, Dahlan Iskan


Jalan Pintas


Rusa Bogor


Before and After

Art is not a crime, is it?


Kisah Cinta Sang Penyamun

"Telfon saya dong, Ton. Hp saya hilang, nih." ujar teman saya. "Berapa nomernya?" balas saya sambil mengeluarkan hp pintar saya yang kini sudah buruk rupa.
"0813..", "Pake simp*ti?" potong saya dengan cepat dan seperti tak percaya.
"Memang kenapa, Ton?"
"..."

Saya melihat wajahnya, cukup cantik untuk memalingkan mata beberapa lelaki normal. Menerawang badanya dari ujung kaki hingga kepala, berulang-ulang. Saya sangat menikmatinya (troll laugh). Sayang sekali, pikir saya. Cantik-cantik dan masih muda namun menggunakan simp*ti sebagai nomer pribadi. Saya selalu berpendapat bahwa orang yang menggunakan simp*ti kalau bukan bapak-bapak, orang bodoh, atau Irlangga. Iyah, Irlangga.

Apakah Irlangga?

Iyah, bukan 'siapakah' namun 'apakah'. Saya sudah memeriksa KBBI untuk memastikan bahwa penggunaan kata 'apakah' yang paling tepat untuk Irlangga. Sudah saya tanyakan pula pada dosen pembimbing saya, beliau berkata saya tak akan berdosa bahkan beliau siap menanggung dosa yang saya perbuat. Dalam kasus Irlangga ini, terdapat keistimewaan dimana bila berpapasan dengan hewan ternak Anda diperbolehkan bertanya "Itu siapa?" sembari menunjuk hewan ternak yang melintas namun bila berpapasan dengan Irlangga Anda diharuskan bertanya "Itu apa?" sembari menunjuk Irlangga yang melintas dan membaca syahadat berkali-kali.

Irlangga, atau biasa dipanggil Dilan, nama panggilan yang tak dapat ditemukan di akte kelahiran dan kartu ujian miliknya. Mungkin hingga kini hanya Tuhan dan guru agamanya yang tahu mengapa ia memiliki nama panggilan Dilan. Saya sendiri sangsi apakah ia tahu mengapa nama panggilanya Dilan. Dalam beberapa kesempatan ia suka menuliskan namanya "Dilan Sastrowardoyo" atau "Bob Dilan". Tak lama habis itu Dian Sastro hamil dan Bob Dylan melakukan usaha bunuh diri. Ia adalah definisi nyata dari kata "Penyamun". Ia pernah dikatakan tampan oleh Ibunya, walaupun hingga kini masih menjadi teka-teki bersama apakah beliau bersungguh-sungguh atau sedang dalam keadaan mabuk. Sekali lagi hanya Tuhan dan guru agamanya yang tahu.
Irlangga pernah ke suatu Mal Ciputra yang berada di Cikarang dan bertanya "Pak, ini mal Ciputra bukan?" kepada seorang petugas keamanan yang berada persis dibawah spanduk besar bertuliskan "Selamat Datang di Mal Ciputra". Kami pernah duduk berdua di lantai sambil dilihat oleh setiap orang yang melewati kami, situasi yang sangat canggung. Selidik punya selidik Irlangga mengenakan t-shirt bertuliskan 'BEST COUPLE OF THE MONTH'. Disaat itu saya merasa sebagai seorang penyuka sesama jenis yang sangat berbahagia. Gitar menjadi teman terdekat bahkan pacarnya. Irlangga adalah pribadi yang akan horny setelah memegang gitar. Itulah mengapa hingga kini ia masih jomblo dan berbulu dada.

Ini adalah penampakan nyata Irlangga.


Bukan, perhatikan kera bermuka nafsu dibelakang para wanita cantik didepan.


Iya, yang dilingkari merah adalah Irlangga. Sebuah jomblo abadi (atau yang pernah teman saya celoteh, "Perjaka Akhir Masa") yang sudah berusaha maksimal mendapatkan perhatian dari seorang betina, maksud saya wanita.

Dan di suatu pagi yang absurd Irlangga mengirimkan sebuah pesan yang takkan pernah saya sangka akan ada orang di dunia ini mengirimkanya, apalagi kepada saya yang selama ini dikenal kejam dan suka mencuri timun.

Irlangga : Ton gw abis nulis kisah cinta gua selama hidup, dapatnya satu kertas polio wkwkwkwkwk
Saya     : wkwkwkwk gua masukin blog gua yah!
Irlangga : Iyah, Ton!

Sebuah pernyataan bodoh, ditanggapi dengan bodoh, dan dijawab dengan lebih bodoh. Ini bukan mitos atau dongeng anak kecil, tapi Irlangga secara tidak langsung mengizinkan untuk dipermalukan di dunia maya! Maka selepas solat saya berdoa memohon ampun dan terlindung dari siksa penyamun berbulu dada tebal.

Ini adalah cerita nyata dari Irlangga yang ia relakan kepada saya untuk di edit dan dimuat diblog saya. Mungkin ia bertujuan menarik perhatian seorang wanita ataupun chimpanse betina dewasa. Hanya Tuhan dan guru agamanya yang tahu.

                                            -------------------------------------------------------

Kisah Cinta Anak Muda

Kisah cinta anak muda. Ya, inilah judul yang cocok untuk menggambarkan kisah saya dan juga untuk menjadi sebuah kenangan di masa depan (?). Semoga cerita ini bermanfaat buat cewe, cowo, ataupun chimpanse yang lagi pada jatuh cinta, agar tidak mengalami kesalahan seperti yang saya alami.

Pertama saya ingin memperkenalkan diri, nama saya adalah Dilan, saya hanya orang biasa dengan penampilan tidak menarik, acak-acakan, jarang mensleting celana teman sebangku, memiliki bulu dada semampai, dengan gaya rambut yang tidak jelas (saya jarang keramas juga). Tidak ada hal yg bisa dibanggakan buat ditunjukkan ke orang lain, kecuali foto ibu saya di dompet. Dan juga saya sering terlambat berpikir, contoh : ketika teman-teman bercanda saya selalu tertawa belakangan. Seperti patrick di film spongebob, kebiasaan saya adalah bilang “bener juga lu..” seperti Mukhlis di film si Temon. Itulah mengapa saya sering dipanggil Mukhlis, selain karena muka saya yang kayak iblis (Mukhlis, Muka Iblis).

Jadi ceritanya begini, sob.

 Tragedi ini terjadi ketika saya berkuliah di semester satu s/d sekarang.

Saya datang berkuliah dengan semangat di semester 1 dengan harapan menggapai cita-cita menjadi musisi handal, gitaris shredder, serta virtuoso musik. Padahal saya berkuliah di jurusan akutansi.
Nah, di smester 1 sampe sekarang saya merasa kayaknya ada cewe yang ngeliatin saya melulu (GR gila !!!), membuat saya resah dan gelisah, geli-geli basah.
Tidak terasa waktu berjalan cepat dan saya sudah sampai di smester 3, pikiran saya semakin dewasa dan matang, bulu dada saya sudah sampai ke bokong dan hidup ini seperti meruncing pada 2 tujuan yaitu benar dan salah. (cihuyyy !)
Ternyata oh ternyata. Benar adanya, wanita itu selalu melirik saya, awalnya saya ngga mau GR, lucu sekali pikir saya. Saya hanya orang biasa, tidak banyak gaya, berbicara pun tidak sering, muka pas pasan, dengan modal yang hanya iman, takwa, dan bulu dada. Intinya saya tahu diri, lah. Jadi, saya pikir wanita itu cuma kelilipan debu dan dia kebetulan sedang melihat saya dengan tatapan itu, tatapan maut seorang wanita. tahu kan lu semua ! yang bikin hati ini cenat cenut.. #NP : Smash – I Heart You
Seringkali saya berpapasan dengannya dan saya selalu menyapanya, pada awalnya saya benar-benar tidak menyadari ternyata benih benih cinta sudah bersemai di hatinya (lebay). Pikiran saya waktu itu sangat jauh dari cinta, apalagi mencari pasangan, sungguh tidak terpikirkan. Yang saya pikirkan hanya hal-hal konyol seperti hari minggu saya mau nonton doraemon sama shinchan, kenapa Botani Square disingkat Boker, kenapa kalo cewe cantik lewat waktu serasa berhenti terus wangi shampoonya kecium, dan hal tidak berguna lainnya.
Begitulah.. Saya selalu sibuk dengan pikiran bodoh sendiri sampai terkadang tidak memikirkan orang lain, sifat yang kurang baik,  don’t try this at home!
Hingga di smester 3 si wanita menjadi bingung dengan sifat saya, namun.. wanita ini setia menunggu dan tidak pernah takut untuk menunggu. Yang ia takutkan hanyalah tukang ojek tanpa celana. Sampai satu waktu saya minta nomer HP wanita tersebut dan menghubunginya, memberi isyarat kalau lampu sudah hijau, “Akhirnya..” pikir si wanita.
Namun 1 hal yang “sangat tidak terduga” terjadi, waktu itu saya mengalami krisis kepribadian yang cukup parah. Entah mengapa Tuhan menunjukkan wajah sebenarnya dari teman-teman saya, hal ini membuat saya merasa seperti dikhianati karena saya selalu mempercayai teman-teman saya. Ya saya kehilangan beberapa teman bukan dalam artian meninggal jasadnya, namun kehilangan Ia dalam pikiran saya dan saya tidak habis pikir, pikiran saya terkuras habis dan saya selalu merasa sendiri waktu itu. Saya menyadari mungkin ALLAH ingin menunjukkan kalau waktu itu jalan yang saya tempuh adalah jalan yang salah. (Hati-hati sob, hal yang salah terkadang terasa benar karena lingkungan, jangan pernah takut kalo lu bener.. liat hadist Nabi sama Qur’an aja !)

Si wanita mungkin menyadari hal ini dan melihat saya selalu menyendiri membuat ia kecewa. Ia pikir saya tidak bisa bergaul ataupun digauli selama 5 bulan, parah kan. Saya terlalu takut. Takut kalau semua orang itu sama saja, semua orang seperti berkepribadian dua (HYPOCRITE), suka menusuk dari belakang, selalu mentertawakan kelemahan orang lain, dan suka menyiksa ternak. Padahal kita kan teman.
Pikiran saya waktu itu terlalu negatif dan mungkin si wanita tidak menyangka kalau saya ternyata orang yang payah.. berbeda dari yang dia pikirkan; macho, gaul, dan suka menggauli ternak tetangga . Saya pun tahu diri, kalau saya mengambil hati wanita itu sekarang hanya akan menjadi musibah dan kalau saya isyaratkan dia untuk menunggu lebih lama lagi, saya tidak tega.
Dan akhirnya.. (tarik napas dalam-dalam) Saya melepasnya, dengan kata-kata yang menyakitkan, “Gua homo” eh, maksud saya “Lu kira selama ini gua deketin lu ya ?”. Abisnya saya sudah terlalu bingung dan negatif ketika itu... Wanita yg sudah menunggu selama 1 tahun lebih itu saya lepas, ibarat “pasir pantai yang tersapu ombak” semua hal dan cita-cita wanita itu saya hapus. Saya memang bodoh. Perasaan si wanita tentu sangat hancur dan saya lah yang salah dari awal. Seharusnya saya tidak kelamaan membuat dia menunggu. Dan seharusnya saya tidak salah bergaul. Mungkin inilah cinta ketika datang di waktu yang tak tepat..”
Lanjut gan !!
Dua minggu kemudian, saya melihat si wanita bersama pria lain dan dengar-dengar mereka berpacaran dan sudah dikaruniai tiga buah anak (bohong, pacaranya aja yang benaran), saya ikhlas dan mengucapkan “alhamdulilah”... hidupnya lebih baik tanpa saya, dan saya pun perlahan mulai positif lagi.
Ceritanya belom tamat sampe sini..
Ternyata si wanita tidak mengerti mengapa saya melepasnya begitu saja (ya iyalah emang saya ngga bilang sama dia).. Dan mungkin dia sudah terlanjur cinta dan masih cinta sama saya walaupun sudah punya pacar baru.
Singkat cerita, saya bertemu dengan “teman si wanita”, tentu saya menyapanya.. “Hai cewe! Ikut abang dangdutan, yuk!” (Bohong lagi, saya hanya berani menyapanya “Hai”)
Lalu terjadi ereksi, maaf maksud saya reaksi yang tidak saya duga, si teman wanita itu melihat mata saya lalu memalingkan wajahnya ke samping (kayak di adegan-adegan sinetron yang @L4Y) lalu ia meleng dan masuk jurang. IPKnya berkurang jadi 1,5. (amin)
Saya langsung berpikir pasti ini ada hubungannya sama si kampret cantik itu.. Saya benar2 kesal di “acuh” kan begitu..
Besoknya saya langsung mengajak si wanita ngobrol, begini dialognya...
Saya :” bla... bla.. bla.. (menjelaskan kejadian)”
Si cewe :”ngga.. bla.. bla.. bla.. jangan ngerasa kayak gitu.. dia (si teman) orangnya baik...”


Lalu saya bertanya tentang perihal cintanya kepada saya,,
Saya :” lu suka ya ama gua ?”
Yang jelas-jelas setiap wanita di dunia akan menjawab “NGGA LAH !!! GR AMAT LU TOT !!!)
Si cewe :”ngga.. kan sekarang gw udah punya si I**** (orang yang saya kenal juga), gw pdkt ama dia aja udah 11 bulan.. bla.. bla.. bla..”
Idiot binti bodohnya yang ada di dalam pikiran saya waktu itu adalah “Tuh kan bener dia ga suka ama gw, waktu itu matanya kelilipan doang. Mana mungkin dia suka penyamun.”
Trus si wanita menjelaskan kalau dia suka ama cowo, dia butuh waktu lama untuk menyukai lelaki. Terdengar sangat lesbi. Abis gw ngobrol sama dia, BESOKNYA. Ga sampe “satu BULAN” bahkan satu milimeter, dia pacaran sama si I**** dan ga sampe “1 MINGGU” dia punya pacar baru lagi! Yahweh!
Bukannya menjelek-jelekkan prinsip dia.. tapi gimana yah.. saya jadi heran dengan sikapnya yang seperti itu.. #NP : Peterpan – ada apa denganmu
Pas putus juga terjadi hal yang mengenaskan buat si I****, temen dia meninggal..  “Inna lilahi wa inna ilaihi roji’un”. T_T
Kembali ke cerita...
Padahal pas ngobrol pun saya sudah bilang maaf kalau punya salah tapi dia bilang “ngapain sih minta maaf kayak lagi lebaran aja..” Dan saya juga berpesan, “Jangan suka bohong, 1000 kebohongan tidak akan memunculkan 1 pun kebenaran” (Sayang kan kalau cewek cantik suka bohong. Apalagi berbohong suka SM*SH padahal playlistnya berisi semua lagu band penyuka sesama jenis itu.)
Dan pas punya pacar baru si do’i mengupdate facebooknya lagi in relationship (kiw!), lalu dia meng update status tiap dua menit sekali “I love you *censored*, you’re my only one, dll” #NP : Superglad - Alay
Mungkin pelampiasan karena dia kesal sama saya. Agar saya menyesal tidak mendapatkannya.. dan parahnya saya cuek-cuek aja, yang saya pikirkan si I****, kasian si I**** kayak maenan aja digituin, udah ngarep-ngarep dapet cewe cantik eh ternyata cuman kayak pelarian doang. Yah gapapa juga sih dibanding meng-add seorang wanita di facebook dan ternyata dia sudah in a relationship dengan mutual friends kita.
Sebenarnya saya orangnya cuek, bulu dada saja saya panjangkan tanpa menghiraukan akan tersangkut resleting celana saya, tapi karena saya menyadari “betapa inginnya dia melupakan saya dan begitu sulitnya dia melupakan saya”, saya jadi ga tega. Sekali lagi saya ingin bilang maaf (pas lebaran nanti), andai saja bisa saya jelaskan waktu itu, susah juga sih karena dia nya bohong melulu (si wanita : ngga kok gw jujur, lu sensi amat sama gw kyknya).. Dan sekarang semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi dubur.
Sampai sekarang si wanita tersebut dan teman-temanya selalu berusaha menutup-nutupi “sesuatu tentang perasaan”, lama-lama saya enek, sampai kapan mereka semua mau berpura-pura dan menutup nutupi, bisakah sebuah kebohongan memunculkan cinta sejati?

To be continued.....

(Toni : trus perasaan lu sama cewe itu gimana sekarang, lan?)
(Dilan : gua sayang sih sama dia.. cuman dia udah berubah, dia punya jenggot. males gua, “waktu itu” gw cuman bingung dikit jadi fatal begini)
(Toni : lu sebenarnya sayang sama siapa sih, tot? sama si Ria*i, sama yang ini, apa ama Gatot?  semua aja lu sayang, tot !)
(Dilan : ama lu juga gua sayang ton...)
(Toni : ...*kecupkening*)
Kejadian berikutnya di sensor karena terlalu sadis untuk di tunjukkan ke pembaca sekalian..



Semoga kisah ini menginspirasi teman-teman yang lagi jatuh cinta, intinya :
1.    Kalau PDKT jangan lama2
2.    Apapun yang terjadi dalam hidup lu (dikhianatin, diputusin, dll) “nikmatin aja”, toh ga enaknya cuman sebentar trus lu jadi dewasa..
3.    Kalau emang gak suka ama seseorang jangan di terima, tolak aja... “jangan diberi harapan dan amplop kosong”
4.    Jangan jadi orang yang terlambat menyadari kalau orang lain jatuh cinta sama lu
5.    Bukannya gw ngajarin buat cari pacar, pacaran itu “dosa” dan ga ada hukumnya.. tapi jangan sia sia kan perasaan orang lain sama lu.
6.    Gaul lah sebelum digauli!
7.    Rock Forever guys !!!!


                                               --------------------------------------------------


Demikian kisah seekor kera berbulu dada bernama Irlangga dalam mencari apalah itu namanya (cinta .Red). Cerita tadi merupakan kisahnya dan dapat saya yakinkan bahwa itu bukan kisah saya! Saya berani joged tidak senonoh di jalan raya Bara bila memang itu cerita karangan saya.
Tak banyak yang bisa saya komentari mengenai cinta, karena saya hanya seorang mahasiswa ber-IPK kurang dari tiga, berusia dua puluh tahun namun belum pernah nonton konser, masih suka berhayal jadi Wolverine, memuja Ultraman sebagai "Pahlawan Jepang yang gak banyak Bacot", suka menertawakan teman yang habis cukur rambut, dan selalu dalam keadaan standby ketawa.

Apa pun itu, Irlangga menunjukkan ia sudah menjadi kera dewasa yang butuh cinta. Mari, ajak saudara lelaki Anda ataupun ibu Anda untuk mengisi kekosongan cinta Irlangga!

Sesungguhnya ia hanya seorang manusia yang kurang kasih sayang, kok.

Old School Me

Masih sulit melepaskan pandangan dari sebuah jam tangan baru yang dibelikan orangtua saya ketika mereka pergi berumrah gratis (iyah, sungguh mereka pasangan paling mujur sedunia). Jam tersebut berwarna hitam, sama seperti semua jam tangan saya sebelum-sebelumnya. Yang membedakan adalah jam tangan ini berat dibanding seluruh jam tangan yang pernah saya miliki sebelumnya. "Ini pasti mahal", pikirku dengan sedikit tertawa bengis ala Smeagol di film Lords of The Rings. Sebab tak pernah saya memiliki jam tangan yang terlihat 'semewah' ini. Jam tangan terakhir yang saya beli adalah sebuah jam tangan KW China bermerek Casio yang pada akhirnya mati tersiram air walaupun bertuliskan 'Water Resistant'. Dasar, kalian ras penghuni warnet dan kios handphone.

Namun saya membongkar tas dan menemukan jam tangan saya ketika SD yang masih digunakan hingga kini. Jam tangan itu sudah beberapa minggu tak bisa dikenakan lantaran patah pengaitnya. Walaupun putaran pengatur jamnya sudah bengkok, tali jamnya sudah bukan yang asli, dan bau jam tangannya pun sudah seperti ketiak berambut seorang pemuda yang tengah puber namun jam tangan tersebut sangat saya sayangi. Terbukti saya rela menebusnya hujan-hujanan dengan hanya mengenakan jaket dan celana pendek diatas pantat lantaran  uang saya untuk mengganti baterainya tidak cukup.

Momen dimana saya memegang jam tangan baru dengan yang lama membuat saya bernostalga mengingat zaman SD ketika saya pertama kali mengenakan jam tangan lama milik saya. Ketika itu saya kelas empat SD, bercelana pendek berwarna merah dan jarang saya seleting, kurus, tinggi, dan masih beranggapan bahwa Santa Claus datang melalui cerobong asap. Lubang tali yang saya pakai adalah lubang paling dekat dengan jamnya karena tangan saya yang kurus. Tangan saya yang kurus bisa saja memungkinkan saya membantu peternak sapi di seluruh tanah air melakukan inseminasi buatan terhadap sapi-sapi betinanya dengan menawarkan jasa memasukan satu tangan penuh ke alat reproduksi sapi-sapinya tanpa terjadi pemberontakan. Kelak bila itu terjadi saya akan mengganti nama FB saya menjadi 'Abdurrahman Fathony SiPenaburBenihUnggul'.

Setelah dipikirkan dengan lebih jeli, ternyata sebuah jam tangan hanyalah contoh kecil mengenai hal old school yang di kemudian hari berganti. Beruntung saya memiliki daya ingat yang tajam, terstruktur , dan tervisualisasi dengan rapih dan sudah terlatih pada kejuaraan 'Primata Pintar 2012'. Saya ingat bagaimana saya sangat mencintai sepasang sepatu adidas yang saya kenakan dari kelas empat hingga kelas enam dan pada akhirnya harus saya relakan karena hormon pertumbuhan kaki dan rambut pantat yang mengganas. Namun pada akhirnya kini saya memiliki sepatu yang cukup di kaki dan tetap dengan bau khas klan Syaukat. Saya ingat betul Motorola bodoh yang saya beli dengan uang sendiri hasil lomba harus raib oleh penghipnotis ulung yang menghipnotis saya beserta tiga teman saya yang bodoh. Pada akhirnya saya sempat memiliki handphone canggih yang bila ia menjadi seorang mahasiswa mungkin IPK-nya dapat menembus angka 3,5. Namun karena kecerobohan saya dewasa ini, handphone pintar tersebut harus berganti menjadi handphone dual sim dengan keunggulan pada senter. Saya ingat motor pertama saya yang merupakan sebuah motor Honda Revo yang saya anggap memiliki mesin yang berasal dari sebuah mesin jahit 100cc lantaran suara gemuruh yang dihasilkanya. Saya ingat bagaimana saya pernah marah diatas kuda besi tersebut karena kue yang sedianya akan saya berikan kepada ibu saya di hari ulang tahunya bucat pejret dihadapan saya karena masalah mesin. Namun pada akhirnya motor yang sempat saya namai Toruc Macto itu tergantikan oleh sebuah motor cukup kencang yang menurut kakak saya adalah sebuah 'motor bencong' karena berpenampilan ditengah-tengah motor bebek dan motor sport. Saya ingat dan saya ingat.

Tidak, saya tidak menyesali hari-hari old school saya dan seluruh aspek-aspek yang mewarnainya. Menginginkan untuk menjalaninya kembali pun rasanya berlebihan. Saya cukup untuk bisa mengingatnya dan menertawakanya, seperti ingatan bahwa dulu saya suka chatting di MiRC dengan nickname 'cO_gNteNg_9auL' ketika SMP dengan mengaku saya bersekolah di SMA Negeri 5 Bogor yang kelak memang menjadi SMA saya dan saya dibuat merasa gaul oleh nickname tersebut. Saya pun masih suka tertawa bagaimana saya masih menggunakan teknik surat-suratan untuk mendekati seseorang padahal di zaman itu handphone sudah bergelimpangan dimana-mana. 

Jam yang membawa penuh kenangan itu kembali saya simpan di tas dengan pengharapan ketika dilihat kembali masih terdapat kenangan-kenangan sisa bersamanya. Baru saja bernostalgia ria, beberapa menit kemudian terfikir dalam kepala ini untuk menjualnya di Kaskus.

Iyah, inilah hidup, kawan. Old school rocks 

Saya, Sang Penulis Keledai

Mendadak saya terbangun, membuka laman blog saya, dan mengetik. Perbuatan yang bodoh mengingat besok pagi saya akan menghadapi ujian. Namun setelah diingat kembali, posting-an saya ternyata mayoritas dibuat ketika sedang musim ujian. Pantas IPK saya masih tertahan di angka dua. Apalagi IPK saya pernah menyentuh angka fantastis berupa tiga angka yang sama, yaitu angka dua. Oh, sungguh, pengalaman itu lebih menakutkan dibanding pengalaman disunat di klinik 24 jam tanpa mengenakan celana.

Yah, IPK. Itulah momok menakutkan bagi mahasiswa. Teringat bagaimana orangtua saya menelfon saya dari Jepang, dimana ketika itu mereka tengah mengunjungi kakak saya yang menjadi TKW disana. Dengan sungguh perhatian, mereka menanyakan seluruh kabar saya di rumah. Apakah saya sudah mengunci pintu, mematikan kompor, mandi, memberi nafkah istri tetangga, hingga pada akhirnya ibu saya menanyakan suatu hal yang sangat tabu. Pertanyaan ini walaupun tidak disebutkan dalam kitab suci namun kelak akan ditanyakan malaikat pencatat amal setelah pertanyaan apa agamamu. Pertanyaan itu :

BERAPA IP KAMU?


Seketika saya menirukan suara frekuensi walkie talkie seolah ada yang rusak dengan jaringan telfon. Perlahan saya menutup telfon dengan penuh hina. Sedangkan ibu saya disebrang sanah tengah bingung. Maafkan saya Telkomsel, saya tak bermaksud memfitnah Anda.

Seperti dejavu, kini saya kembali ditinggal sendiri di rumah kali ini orangtua saya menunaikan umrah. Dan lagi, saya membuat postingan bodoh ini dalam keadaan besok ujian.


Bodoh