CTRL + T

Semua berawal dari kebiasaan teman saya yang berasal dari Medan. Ia seorang Medan tulen yang berbicara dengan logat Medan asli pula. Mukanya yang garang, badanya yang besar, dan celananya yang ketat menjadi kontras ketika ia berbicara dengan kosakata 'aku' yang ia sebutkan dengan manja berlogat Medan. Namun yang paling mengingatkan saya akan sosoknya itu bila ia sedang kebingungan ia kerap bertanya 'aku ini apaaa?' khas dengan logat Medannya.

Aku ini apa?

Pertanyaan ini terbesit dalam pemikiran dangkal saya. Blog bodoh ini nampaknya sudah banyak tulisan mengenai gibahan, hinaan, dan aib orang-orang terdekat saya. Dari teman yang mengidamkan wanita Jepang solehah, teman yang difoto ketika hendak menggaruk selangkangan, hingga duo penyanyi terkenal yang Alhamdulillah tak tega saya uraikan dengan kata-kata dibawah standar kemanusiaan. Saya menemui kemudahan bak pelita dikala senja ketika mencari inspirasi menjabarkan orang-orang terdekat saya, apalagi dengan pemilihan kosa kata yang... Err... Buruk. Blog ini pun merubah hidup beberapa orang terdekat saya yang menjadi korban penulisan saya. Contohnya Ahmad Ghuling yang bernama asli Ahmad Ghalib. Kini ia minder berkenalan dengan orang-orang dari fakultas saya, apalagi bila ia menggunakan kalimat sakti "Kenal Tony? Gue temen sekamarnya waktu TPB". Perlahan tapi pasti subjek yang diajak kenalan oleh Ghalib akan pura-pura cedera lalu meninggalkan lokasi perkenalan dengan jalan tergopoh-gopoh atau pura-pura difelfon dosen pembimbingnya yang keguguran.

Pertanyaan sederhana dan seharusnya mudah saja dijawab seperti Tony Stark ketika ditanya oleh Caps dalam salah satu adegan film Avenger.


Ohya, maaf saya menggunakan bahasa Swahili dan Madyar sebagai bahasa subtitle. Menyenangkan loh kedua bahasa ini.

Intinya dalam adegan ini Caps menanyakan apa jadinya Tony Stark tanpa baju Ironman. Dengan yakin dan menjengkelkan Tony Stark menjawab "Jenius, miliuner, playboy, dermawan.". Epic.
Kelak bila saya sudah berumur, saya harus bisa seperti orang ini : kaya dan nyeleneh.

Kembali kepada pertanyaan sederhana ini, 'Aku ini apa?'. Seorang ilmuwan dengan yakin pasti akan menjawab bahwa ia seseorang yang ahli dibidang keilmuan. Apa pun resikonya, apakah resikonya bahwa ia lebih mengenal benda-benda lab dibandingkan anggota SNSD. Seorang teknisi dengan yakin pasti akan menjawab bahwa ia seorang ahli teknisi, Apa pun resikonya, apakah resikonya ia harus puasa melihat kaum hawa bersolek dengan produk-produk kecantikan Bali Ratih. Ia bahkan mungkin harus terbiasa menghadapi kaum hawa yang memiliki jakun, bulu kaki, dan terap setiap selesai makan.

Namun itulah resiko menjadi pribadi sendiri.

Secara disiplin ilmu saya memang seharusnya menjadi seorang ekonom. Tapi sepertinya saya memang memilih jalan lainnya. Ekonomi memang bukan bidang saya. Bukan keluhan, kok. Saya tidak menyesali mengatakan ekonomi memang bukan bidang yang saya senangi dan rela untuk hadapi resikonya. Adanya ketidakserasian saya dengan bidang ini dan sudah ada tanda-tandanya dari hari pertama saya masuk SMA, dimana saya diusir dari kelas dan bahkan nyaris dikeluarkan dari sekolah karena 'mengusir' Guru Ekonomi saya. Mendadak gegerkan sekolah dengan adanya insiden seorang Guru Ekonomi angkatan sepuh merasa diusir oleh murid kelas 10 yang bahkan memakai dasi di hari senin saja masih memerlukan bantuan teman sebangku. Singkatnya, ekonomi memang bukan bidang saya sekalipun sekarang saya tercatat sebagai mahasiswa ekonomi dan saya tak jadi dikeluarkan dari sekolah namun nama saya sempat tenar dikalangan guru, murid beliau, dan tukang siomay langganan beliau (sungguh).

Tapi tidak berarti saya tidak bisa ekonomi, kok. Walaupun ekonomi umum saya dapat D. Hah!

Ketidakserasian saya dengan ekonomi justru membuka peluang saya untuk semakin membuka diri terhadap bidang-bidang lain. Bahkan membuka kesempatan saya untuk misalnya mendekati tokoh Tony Stark yang 'multitalenta bak tinggal CTRL + T menambah window baru di browser'.

Kini saya tengah sibuk mengerjakan pekerjaan desain yang seharusnya dikerjakan orang dengan disiplin ilmu desain. Susah memang bila tidak mendapatkan disiplin ilmu yang seharusnya untuk pekerjaan-pekerjaan ini namun inilah tantanganya. Dengan saya berkuliah di ekonomi yang memiliki jam kuliah yang sangat lowong saya masih bisa mencuri waktu di kala tak ada kuliah untuk menggeluti dunia asing lainya. Saya pernah mencoba peruntungan di dunia tarik suara, namun saya direkomendasikan untuk tarik Kereta Bumi Geulis saja.

Jadi, aku ini apa?

Setidaknya saya sudah memiliki dua jawaban yang bisa saya jawab dengan percaya diri : Ekonom dan desainer handal. Saya belum mampu menyaingi Tony Stark untuk urusan 'playboy', punya pacar tak ada dan bahkan wanita-wanita saja lebih senang melihat Bapak saya dibanding saya di foto avatar Twitter saya yang berupa foto saya dan bapak saya sedang menggelendotkan kepalanya. Kata orang-orang 'Bapak lu so sweet, lu mah ampas kopi tubruk, Ton'.

Tapi diatas itu semua, akan jauh lebih berarti bila Anda dan saya, diingat bukan karena siapa Anda. Namun karya Anda.
Hanya bilang saja, sih.