Agriman, Selamatkan Kedelai Kita!

Krisis kembali mengancam negeri ini, kali ini bukan krisis kejantanan boyband yang masih di derita bangsa ini namun krisis pangan: Kedelai diambang kepunahan.

Ariel bebas dari penjara, petani kedelai berteriak histeris. Seperti sebuah konspirasi. Harga kedelai meroket tinggi yang diikuti oleh hilangnya tempe-tahu di pasaran. Awalnya saya berfikir bahwa ini hanyalah lelucon, pemerintah hanya ingin ambil bagian dari stand up comedy yang (entah) tengah marak di negeri ini. Nyatanya tempe dan tahu benar-benar hilang dari pasaran, bahkan di sweeping bila kedapatan ada penjual yang nekat menjualnya. Bak wanita tunasusila yang dirazia trantib saja. Padahal derajat tahu-tempe lebih tinggi dibandingkan wanita tunasusila karena tempe digambarkan sebagai moral bangsa ini. Saya tak keberatan, toh tempe memang makanan bergizi khas negeri ini dan yang mengatakan bahwa tempe hanyalah makanan kalangan menengah-kebawah-murulug hanyalah orang yang baru saja mencicipi pizza, itupun makannya menggunakan pisau dan garpu.

Rasanya tak guna mencari siapa yang salah atas naiknya harga kedelai, dicari tahu dalangnya pun tak dapat merubah nasib (muka) Andhika Kangen Band. Yang lebih penting adalah bagaimana menyikapinya, menyikapi kenaikan harga kedelai bukan menyikapi nasib (muka) Andhika Kangen Band.

Iyah, kecewa. Kecewa dengan kenaikan harganya dan kecewa dengan tanggapan kenaikanya. Kampus saya yang notabenenya adalah universitas pertanian tak bergeming akan fenomena ini. Kecewa dengan BEM yang tampak diam saja, padahal BEM adalah 'pemerintahan'nya mahasiswa kampus ini. Mungkin mereka masih sedang sibuk mencari uang untuk menutupi hutang penyelenggaraan konser musik.
Kecewa dengan tanggapan mahasiswa universitas pertanian yang tampak bahkan tak kaget akan kenaikanya. Mungkin lebih kaget melihat kantin SAPTA digusur.
Saya? Jelas saya kecewa, namun diam nampaknya bukan solusi.

Mari, saya ingin mengajak kita semua berhayal kembali. Berhayal akan sosok yang dapat menjadi pemberontakan atas tragedi kenaikan harga kedelai. Sosok yang keberanianya melebihi ketua BEM bahkan mahasiswa telat dua jam kuliah namun tetap masuk kelas.

Iya, sosok itu adalah Agriman






Ialah sosok pahlawan yang akan membasmi mafia kedelai, menelanjangkan bapak mentri pertanian dihadapan bapak-bapak petani kedelai, menggoda wanita tunasusila untuk beralih profesi menjadi penjual produk kedelai, bertarung dengan trantib dan ormas islam gadungan berinisial FPI yang hendak sweeping penjual produk kedelai yang tak bersalah, bahkan mengajarkan cara membuat tempe kepada pengemis jalanan agar menjadi individu produktif.

Boleh anda menyebut ia sebagai oposisi pemerintahan, kepolisian, dan seluruh organisasi negeri ini namun tugasnya hanya mengantarkan sesuap nasi kepada petani Indonesia.

Nampaknya kita memang membutuhkan pahlawan, bukan pengamat ataupun komentator.

Kedepanya saya akan lebih banyak menelurkan karya mengenai kenaikan harga kedelai dengan ataupun tanpa pahlawan kita, Agriman. Saya ingin bereaksi dengan karya. Bukan suara teriakan dipinggir gedung DPR yang tak sampai telinga pejabat di dalam DPR sana.

Tak henti saya katakan, mari berkarya!

4 comments

Unknown | 30 Juli 2012 pukul 01.28

ane pertamax gan

tonsyaukat | 30 Juli 2012 pukul 06.21

aaarrgh pertamax direbut!

Unknown | 1 Agustus 2012 pukul 20.27

apa hubungannya sama sapta digusur? -..-

tonsyaukat | 5 Agustus 2012 pukul 20.45

kenapa sapta? gua pun gak paham hanya tuhan yang tahu 0:-)

Posting Komentar