Penghuni kamar 172 part 2

Setelah berhasil mendeskripsikan seorang penghuni kamar 172 bernama Proginul, kini saya akan berlanjut mengenalkan penghuni kamar lainnya, dan orang yang beruntung itu adalah Abdul Jaber.

Sebenarnya mendeskripsikan orang ini hanya cukup menggunakan satu kata dan semua orang yang membaca akan langsung memahami sembari menghina penuh kepuasan. Jaber ini orang CUPU.
Well, saya takkan sejahat itu mendeskripsikan teman saya hanya dengan satu kata hina itu, tapi saya akan lebih jahat dengan mendeskripsikanya menggunakan kata-kata LEBIH durjana (sungguh diri ini sangat puas menindas kecupuan orang ini hingga suatu hari nanti ia akan mengalami keterbelakangan).

Seperti orang (ehem, cupu) pada umumnya, penampilanya amat mudah ditebak : kulit terawat, rapih, rambut klimis aerodinamis, tidak ada kumis, amat ekonomis, peminum pipis. Belum selesai sampai disitu, fakta bahwa ia adalah warga Jawa yang amat polos dan lugu semakin membuat ia terpuruk dalam status "Culun of all time". Bila ia bukanlah seorang mahasiswa melainkan seorang tentara, tetap saja tidak ada yang berubah sebab mungkin ia akan menjadi budak pemuas nafsu dan diperkosa tentara lainnya. Ia berasal dari Bojonegoro, suatu daerah di Jawa yang menurut pengakuanya masih bergelut mencari sinyal internet. Namun ia sangat bangga menjadi warga Bojonegoro, hanya ia yang dapat melafalkan "Bojonegoro" dengan baik dan benar sesuai EJYD, Ejaan Jawa Yang Disempurnakan. Di saat kita mengucap "Bojonegoro" dengan datar, dengan lantang dan pasang tampang murka (yang pastinya sangat cupu) ia akan membenarkan pelafalan yang benar, ia melafalkan "Bojonegoro" dengan penuh kesempurnaan orang Jawa : "Bhohjhohneghoroh". Damn, sangat-sangat sempurna.

Bila ia akan berangkat kuliah, itu akan jadi pemandangan yang sangat menghibur bagi saya dan Proginul yang notabenenya orang pemalas. Dengan sangat sigap ia akan siap 1 jam sebelum kuliah dimulai dengan menaiki bis kampus yang diparkir di depan asrama. Dengan kepolosanya ia akan menaiki bis tersebut dengan langsung mencap bangku di paling depan bersebelahan dengan pak supir. Bila sudah ada yang menempati kursi tersebut, dengan bibir melipat dan muka yang kecut ia akan berkata "Punyaku!" dengan intonasi yang manja. Pemandangan seperti ini biasa saya lihat ketika anak tetangga saya akan naik jemputanya sambil berebut kursi depan dengan anak kecil lainya, tak disangka ketika saya kuliah pun pemandangan ini masih sering dilihat. Setelah duduk di depan, ia akan mengeluarkan buku kuliah dengan wajah berseri-seri, dan disaat inilah saya dan Proginul akan beraksi. Kita akan menghampiri bis tersebut dan dengan muka bak titisan dajjal kita akan membuka mulut selebar-lebarnya dan menumpahkan segala kebengisan dalam tawa yang terbahak-bahak melihat teman sekamar kita yang tingkat keculunanya diambang batas normal, dimana kita selaku manusia mengira orang yang culun seperti di film-film itu hanyalah mitos atau cerita rakyat yang diceritakan turun-temurun.

Kurang lebih beginilah macam-macam celaan saya dan Proginul dari luar bis terhadap Jaber.

Saya       : AHAHAHAHAHAHA. Eh Ber, belahan rambutnya kurang ok. gak to the max!
Proginul  : Eh eh eh, ton. Liatin gw, gw mau jadi Jaber (lalu membusungkan perut dan memasang tampang blo'on penderita epilepsi). Hai aku Jaber, aku cupu, aku makan biskuit Regal.
Jaber      : ... (dari dalam bis memasang tampang antagonis bak pemain sinetron pemeran majikan keji).
Saya       : (Ikut menirukan Jaber) Aku Jaber, aku pakai parfum casablanca dan bedak calycile di ketiaku.
Proginul  : Aku Jaber, aku main Pizza Frenzy!!
Saya       : ......

Dan Jaber mendadak paket kiriman berupa SIM B langsung dari surga lalu atas kehendak-Nya Jaber menabrak kami dengan bis lalu kembali menggilas kami tetap dengan tampang majikan kejinya.

Namun, dibalik keculunan seorang Jaber, ia adalah orang yang baik hati dan cerdas. Kami teman sekamarnya merasa bodoh di dekatnya hingga terjadi kesenjangan sosial antara Si Pintar dengan kelompok Si Dongo-tapi-hidup. Tapi kesenjangan itu memudar karena tanpa ragu Jaber akan mengajar orang yang sedang butuh.
Kadang justru ia sangat terlihat cantik seperti di foto berikut.



Lagi-lagi anda terkena jebakan betman, tragis. :maho
Yah, begitulah rupa teman sekamar saya di asrama.

Dengan selesainya deskripsi tentang Abdul Jaber, berarti tersisa satu nama yang belum di ceritakan, yaitu Ahmad Ghuling. Nantikan kisahnya mengenai teman saya yang berasal dari Thailand, negeri para banci seksi.

Bye!

Posting Komentar